Harapan itu selalu ada untuk orang-orang yang tidak mudah menyerah! Semangaaaaaaaaaaaaaat! :)

Selasa, 28 Mei 2013

TAMAN SARI , ISTANA AIR PENUH KEINDAHAN & RAHASIA

TAMAN SARI , ISTANA AIR PENUH KEINDAHAN & RAHASIA

Kembali lagi ke Yogyakarta , Jogjaa ! ^.^

Kota Jogja, selain terkenal dengan wisata kuliner ‘Gudeg’ ini, juga terkenal dengan situs-situs bersejarahnya. Salah satunya yang akan kita bahas yaitu Taman Sari. Tempat ini berada di Jl. Taman, Keraton, Yogyakarta 55133. Taman Sari biasanya buka setiap hari
Senin - Minggu, pukul 09.00 – 14.00 WIB. Lokasinya hanya 0,5 Km sebelah Selatan Keraton Jogjakarta.




























Lalu apa makna nama Taman Sari sendiri? Nama Taman Sari terdiri atas dua kata, yakni ‘Taman' yang berarti kebun yang ditanami bunga-bungaan, dan ‘Sari’ yang artinya indah, bunga. Taman Sari adalah salah satu warisan budaya keraton Jogjakarta yang masih terjaga kelestariannya sampai saat ini. Tempat ini dikenal sebagai tempat pemandian para raja yang berkuasa, yaitu Sultan Jogjakarta beserta keluarganya pada zaman dahulu. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono (HB) I atau sekitar akhir abad XVII M. 

Saat ini, Taman Sari telah menjadi Obyek wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan Asing.

Gemericik air, keindahan arsitekturnya yang kuno, dan pemandangan yang menakjubkan membuat Taman Sari sangat mempesona. Lorong-lorong dan bangunannya menjadikan Taman Sari penuh rahasia yang akan terus dikuak.

Masa setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun keraton sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I membangun keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang di antara Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Titik yang menjadi acuan pembangunan keraton adalah sebuah umbul (mata air). Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan karena telah membantu selama masa peperangan, beliau memerintahkan Demak Tegis seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati Madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana di umbul  yang terletak 500 meter selatan keraton. Istana yang dikelilingi segaran  (danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja ditanam di pulau buatan di sekitarnya itu sekarang dan akhirnya dikenal dengan nama Taman Sari.

Dari atas sebuah Gapura Panggung, Sultan biasa menyaksikan tari-tarian. Bangunan-bangunan di sampingnya merupakan tempat para penabuh dan di tengah-tengah biasa didirikan panggung tempat para penari menunjukkan kepiawaian dan keluwesan mereka.

Selanjutnya, masuk ke area yang dulunya hanya diperbolehkan untuk Sultan dan keluarganya, kolam pemandian Taman Sari. Gemericik air langsung menyapa. Airnya yang jernih berpadu apik dengan tembok-tembok krem gagah yang mengitarinya. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan (kolam untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Raja).




Sebuah periuk tempat istri-istri Sultan bercermin masih utuh berdiri ketika memasuki menara tempat pribadi Sultan. Ornamen yang menghiasi periuk memberi kesan glamor terhadap benda yang terletak di samping lemari pakaian Sultan tersebut. Bisa dibayangkan, 200 tahun lalu seorang wanita cantik menunggu air di periuk ini hingga tenang lalu dia menundukkan kepalanya, memperbaiki riasan dan sanggulnya, memperindah raganya sembari bercermin. Selain periuk dan kamar pribadi Sultan, di menara yang terdiri dari tiga tingkat ini ada tangga dari kayu jati yang masih utuh terawat sehingga memberi kesan antik bagi siapa pun yang melihatnya. Naik ke tingkat paling atas, pantulan mentari dari kolam di bawahnya dan seluruh area Taman Sari terlihat dengan jelas. Mungkin dahulu Sultan juga menikmati pemandangan dari atas sini, pemandangan Taman Sari yang masih lengkap dengan danau buatannya dan bunga-bunga yang semerbak mewangi.





















Kemudian menuju Gapura Agung, tempat kedatangan kereta kencana yang biasa dinaiki Sultan dan keluarganya. Gapura yang dominan dengan ornamen bunga dan sayap burung ini menjadi pintu masuk bagi keluarga Sultan yang hendak memasuki Taman Sari.





















Di sekitar lingkungan taman, ada sebuah lorong yang menurut cerita lorong ini merupakan lorong penghubung yang berakhir di Pantai Parang Kusumo di sekitar Parang Tritis. Konon raja-raja Jogjakarta selalu berhubungan dengan Ratu Pantai Laut Selatan (Nyi Roro Kidul). Lorong inilah jalur yang digunakan untuk melakukan pertemuan dengan Sang Ratu Kidul. Namun saat ini lorong tersebut sudah ditutup karena umurnya yang sangat tua.
Dulu sebelum berperang, Sultan akan bersemedi di tempat tepat di selatan Taman Sari yang disebut Pesanggrahan. Suasana senyap dan hening langsung terasa ketika kita memasuki Pesanggrahan. Di tempat itu, Sultan pastilah memikirkan berbagai cara negosiasi dan strategi perang supaya kedaulatan Keraton Yogyakarta tetap terjaga. Areal ini juga menjadi tempat penyimpanan senjata-senjata, baju perang, dan tempat penyucian keris-keris jaman dahulu. Pelatarannya biasa digunakan para prajurit berlatih pedang.



Lalu ada beberapa tempat yang harus disinggahi seperti Sumur Gumuling dan Gedung Kenongo. Untuk menuju tempat tersebut, kita harus melewati Tajug, lorong yang menghubungkan Taman Sari dengan keraton dan juga Pulo Kenongo. Lorong bawah tanah yang lebar ini memang untuk berjaga-jaga apabila keraton dalam keadaan genting. Ruang rahasia banyak tersembunyi di tempat ini. Keluar dari Tajug, kita akan melihat bekas dari Pulo Kenongo yang dulunya banyak ditumbuhi bunga kenanga yang menyedapkan Taman Sari.


Sumur Gumuling adalah masjid bawah tanah tempat peribadatan raja dan keluarga. Bangunan dua tingkat yang didesain memiliki sisi akustik yang baik. Jadi, pada zaman dahulu, ketika imam mempimpin shalat, suara imam dapat terdengar dengan baik ke segala penjuru (bergema). Sekarang pun, hal itu masih dapat dirasakan. Suara percakapan dari orang-orang yang ada jauh dari kita, terasa seperti mereka sedang berada di samping kita. Selain itu, Untuk menuju ke pusat masjid ini, lagi-lagi harus melewati lorong-lorong yang gelap.




Sesampainya di tengah masjid yang berupa tempat berbentuk persegi dengan 5 anak tangga di sekelilingnya, keagungan semakin terasa. Ketika kita menengadahkan kepala terlihat langit biru. Suara burung yang terdengar dari permukiman penduduk di area Taman Sari semakin menambah tenteram suasana. Di bawah tangga terdapat sebuah sumur yang digunakan sebagai tempat berwudhu, namun sekarang sumur tersebut sudah ditutup karena dikhawatirkan dapat membahayakan para pengunjung karena umur bangunan yang sudah sangat tua.
 


Persinggahan terakhir adalah Gedung Kenongo. Gedung yang dulunya digunakan sebagai tempat raja bersantap ini merupakan gedung tertinggi se-Taman Sari. Di tempat ini kita dapat menikmati golden sunset yang mempesona. Keseluruhan Taman Sari pun bisa dilihat dari sini, seperti Masjid Soko Guru di sebelah timur dan ventilasi-ventilasi dari Tajug. Puas dengan kesegaran air dari Taman Sari, langit akan menyapa. Pemandangan yang indah sekaligus mempesona ditawarkan Taman Sari. Pesona air yang apik berpadu dengan tembok-tembok bergaya campuran Eropa, Hindu, Jawa, dan China menjadi nilai yang membuat Taman Sari tak akan terlupakan.

Harga Tiket Masuk :
  • Wisatawan Domestik       : Rp 3.000
  • Wisatawan Mancanegara: Rp 7.000
  • Guide : nego (Rp 10.000 - Rp 20.000)

Melihat faktor sejarah dan nilai-nilai budaya yang sedemikian bernilai, selayaknya situs Taman Sari yang merupakan salah satu dari 100 situs dunia yang paling terancam kepunahan ini dapat terus terjaga kelestariannya.


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.